Popular Post

Popular Posts

Jumat, 18 Maret 2016

#WayToDie: Kucing
“Jam berapa ini!”
Ujar Sinta saat dirinya tiba-tiba terbangun di kamar kostnya, ketika ia melihat ke jam di dinding kamarnya jarum jam menunjuk ke angka 10 malam. Sinta sama sekali tidak mengingat apa-apa, yang ia ingat hanya ia sedang berbaring di tempat tidurnya sesaat setelah pulang dari tempatnya bekerja.
“gila, udah jam 10 aja. Mana belum mandi lagi.”
Udara dikamar Sinta malam itu cukup panas, ia mengambil remote pendingin udara. Clik! Seketika pendingin udara dinyalakan, Sinta masih duduk di tempat tidurnya. Tiba-tiba Sinta kaget karena ada yang menyentuh kakinya, dengan cepat ia mengangkat kakinya. Ketika ia menoleh ke bawah, ternyata ia menemukan seekor kucing berwarna hitam di bawah tempat tidurnya. Seekor kucing kampung berwarna hitam, ia mengeong dan menatap Sinta.
“ssstttt. Pergi sana, dasar kucing kampung.”
Sinta menendang kucing itu, karena merasa terpaksa, kucing itu pergi. Entah kemana, Sinta tak lagi memperhatikan. Setelah merasa kesadarannya sudah 100%, Sinta beranjak dari tempat tidurnya. Ia membawa handuk, lalu masuk ke dalam kamar mandinya.
Kamar mandi Sinta berada tepat di sudut kamar kostnya, tidak terlalu besar tapi cukup nyaman. Tepat di dekat pintu kamar mandinya terdapat sebuah rak tempat Sinta menyimpan sepatunya dan beberapa peralatan perkakas. Kamar kost Sinta tidak terlalu besar, jadi setiap jengkalnya harus di gunakan dengan maksimal.
Entah dari mana asalnya, tiba-tiba kucing hitam itu muncul kembali. Ia menaiki tempat tidur Sinta, sepertinya ia memperhatikan setiap sudut kamar Sinta. Kucing itu sempat duduk ditempat tidur Sinta seraya mengelus cakarnya, tetapi kemudian sesuatu menarik perhatiannya. Kucing itu turun dari tempat tidur, perlahan-lahan ia berjalan mendekati kamar mandi tempat Sinta berada.
Sayup-sayup suara Sinta yang terngah bersenandung memenuhi ruangan, sepertinya Sinta tidak menyadari keberadaan kucing itu.  Kucing itu melompat ke atas rak yang berada di depan kamar mandi Sinta, beberapa kali ia berputar di permukaan rak. Hingga kucing itu menyenggol sesuatu yang ada di permukaan rak hingga jatuh ke lantai, sebuah botol berwarna merah. Botol itu mendarat dengan posisi terbaring, hingga membuat cairan di dalamnya merembes keluar akibat tidak di tutup dengan benar.
Perlahan-lahan cairan di dalam botol berwarna merah itu menggenang di permukaan lantai, semakin lama semakin besar. Kucing hitam itu turun dari rak, dengan santai ia berjalan kembali ke tempat tidur. Ia pun duduk kembali di atas tempat tidur, dan kembali mengelus-elus cakarnya.
Di dalam kamar mandi sepertinya Sinta sudah selesai, suara air mulai mereda. Untuk beberapa menit suasana kamar itu sunyi, hingga saat Sinta membuka pintu kamar mandi. Sinta sudah keluar dengan mengenakan sebuah kaos oblong dan celana pendek, ia masih mengusap wajah dan rambutnya dengan handuk. Ia siap untuk keluar, sepertinya ia tidak sadar ada sebuah botol merah tergeletak tepat di depannya.
Tanpa ragu-ragu Sinta melangkahkan kaki kanannya, selang beberapa detik kemudian kaki kirinya menyusul..
Kaki kiri Sinta terangkat ke udara, lalu mendarat ke lantai. Tetapi sayang, bukannya menyentuh lantai kaki kiri Sinta malah menginjak botol berwarna merah. Kaki Sinta menekan botol itu cukup keras, karena tidak di tutup dengan sempurna akhirnya cairan di dalamnya membuncah keluar. Cairan itu mengenai kaki kanan Sinta….
Sinta kaget bukan main, tetapi yang membuat Sinta lebih kaget adalah rasa panas dan perih saat cairan itu membasahi kulit kakinya. Lama kelamaan rasa panas itu berubah menjadi rasa terbakar yang cukup hebat di kakinya. Cairan itu membakar kulit kaki Sinta, membuat lapisan terluar dan lapisan dalam kulitnya meleleh seperti lilin. Lelehan itu sangat kental, berwarna merah muda. Lelehan kulit Sinta mengalir dan menetes ke lantai, meninggalkan sebuah bagian  yang tidak lagi di tutupi oleh kulit. Darah kental mengalir menyusul lelehan cairan itu.
Sinta mengangkat kaki kirinya, ia tidak bisa menahan rasa terbakar yang bergitu hebat. Sinta mulai melompat-lompat dengan memegang satu kakinya. Ia pun berteriak karena sudah tidak tahan, ia semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.
Hingga akhirnya kaki kanan yang menjadi penopang satu-satunya tergelincir di lantai, seketika itu Sinta kehilangan keseimbangan. Tubuhnya melayang bebas ke lantai, setelah sebelumnya kepala Sinta membentur pintu lemarinya cukup keras. Siku-siku tangan Sinta adalah bagian tubuhnya yang pertama membentur lantai, Sinta merasa sepetinya tulang sikunya patah. Tetapi belum sempat berpikir lebih lanjut, kepalanya sudah kembali membentur sesuatu. Kali ini kepalanya membentur lantai, tepat di bagian belakang. Kepala Sinta seperti pecah, rasa ngilu menguasai saraf-saranya membuat tubuhnya beku. Ia tidak bisa merasakan apa-apa lagi saat ini, tubuhnya tergeletak di lantai dengan genangan darah di kaki, siku, dan kepalanya. Di tempat lain, seekor kucing hitam memperhatikan. Sesekali ia mengelus cakarnya, dan mengeong…
Suasana sunyi, Sinta masih tergeletak dilantai. Tubuhnya lemas, ia tidak dapat merasakan tubuhnya. bahkan untuk membuka matanya pun Sinta tak mampu, ia tidak dapat melihat sekelilingnya dengan jelas.
Saat ini seperti sedang terjadi tarik menarik antara Sinta dan malaikat kematian, tarik menarik antara kematian dan kehidupan. Entah mana yang akan menang.
Saat keadaan sedang tenang, tiba-tiba dari atas lemari Sinta terdengar suara sesuatu. Suara sesuatu yang menggelinding, semakin lama semakin jelas terdengar.
Sinta sangat gemar olah raga bisbol, semejak bangku kuliah ia sudah aktif bermain bisbol. Sampai saat ini pun ia masih menggemari bisbol, dan menyimpan pemukul kesayangannya di atas lemari.
Karena benturan yang cukup keras antara pintu lemari dan kepala Sinta, membuat pemukul diatasnya terguncang, dan mulai bergerak dari posisinya. Perlahan-lahan pemukul itu menggelinding ke tepi, dan akhirnya terjun bebas dari atas lemari.
Sayangnya pemukul itu terjun diatas wajah Sinta yang masih tergeletak di lantai, dalam hitungan detik pemukul itu menimpa wajah Sinta… cukup keras…
Darah menyembur ke udara, mengotori lantai dan permukaan lemari tepat disebelah tubuh Sinta. Pemukul itu roboh ke lantai setelah membentur wajah Sinta. Wajah Sinta hancur, bola matanya merengsek ke dalam rongga. Hidung Sinta patah, membuat sebuah lengkungan tepat diantara mata dan hidungnya…
Darah mengalir, menggenangi lantai. Hingga membuat sebuah genangan besar yang mengitari tubuh Sinta. Sinta sudah tidak bergerak, sial baginya. Kematian memenangkan permainan.
Sebuah kertas kecil tampak menempel di botol berwarna merah yang tergeletak di dekat tubuh Sinta, kertas kecil itu bertuliskan “Air Accu Murni”.
Sepertinya hari ini adalah hari sial bagi Sinta, bagaimana ia lupa membuang air aki yang biasa ia gunakan untuk mobilnya. Sinta yang malang…
Kucing hitam yang semenjak tadi memperhatikan Sinta akhirnya turun dari tempat tidur, dengan agak malas-malasan kucing itu mendekati mayat Sinta. Ia duduk tepat di dekat genangan darah yg mengalir dari tubuh Sinta, ia memandang mayat Sinta untuk beberapa menit. Tatapan kucing itu sangat dingin, matanya berkilauan diterpa cahaya di ruangan itu. Kucing itu pelan-pelan menurunkan kepalanya hingga dekat sekali dengan lantai, lalu ia menjulurkan lidahnya…
Kucing itu mulai menjilati darah yang menggenang di lantai…..
Lalu pergi dengan santai, keluar dari kamar sinta….

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -