Popular Post

Popular Posts

Kamis, 17 Maret 2016

#FiksiHorror: The Village part 1
Akhirnya aku kembali, gumamku dalam hati setelah melewati sebuah gerbang desa. Kubuka kaca mobilku untuk merasakan udara pedesaan yang terasa sangat segar. Aku melajukan mobilku sembari memutar ingatanku untuk menuju ke rumah sahabat masa  kecilku. Keadaan desa ini tidak jauh berbeda dengan keadaan sepuluh tahun lalu saat aku meninggalkannya, masih tetap asri dan hanya ada beberapa pembangunan sejauh mataku memandang. Aku sejujurnya tidak pernah menginginkan untuk kembali ke desa ini, namun keputusanku berubah saat bibiku meneleponku kemarin, mengabarkan bahwa Ari, salah seorang sahabat masa kecilku meninggal dunia. Aku sangat kaget mendengarnya dan mau tak mau aku harus menghadiri pemakamannya karena dia adalah sahabat kecilku.
Setelah berjuang keras dengan ingatanku aku akhirnya tiba dirumah mendiang sahabatku. Paman dan bibiku langsung menyambutku ketika aku turun dari mobil. Meskipun aku tidak pernah mengunjungi mereka namun kami sangat dekat karena hampir setiap tahun kami bertemu di rumah keluarga besar saat hari raya. Mereka kemudian mengantarku bergabung bersama pelayat yang lainnya. Beruntung aku tiba tepat waktu karena sebentar lagi jenazah akan dibawa ke pemakaman desa untuk dimakamkan. Aku langsung menemui ibunda Ari untuk mengucapkan rasa bela sungkawa. Saat aku mendekati jenazah Ari yang terbujur kaku dan dibalut oleh kafan seketika itu juga air mataku menetes, seluruh memori kebersamaan kami dahulu berputar kembali diingatanku. Namun kulihat ada sesuatu yang janggal dengan jenazah Ari, seluruh wajahnya terlihat lebam membiru. Sangat janggal mengingat waktu kematiannya hanya selang kurang dari satu hari. Bibiku pun belum memberitahuku apa penyebab kematiannya.
“Arya !!!”, seorang wanita tiba-tiba menghampiriku sambil terisak tangis.
“Ri..Riri?”, tanyaku kikuk sambil mengamati wajahnya karena sudah hampir sepuluh tahun kami tidak bertemu sejak aku pergi meninggalkan desa ini.
“Kamu gimana kabarnya kenapa baru sekarang kembali kesini?”, ucapnya dan seketika dia memelukku.
“Emmm.. maaf Ri..”, aku bingung dan tidak tahu harus menjawab apa.
“Dia kembali Ya, mereka kembali, mereka telah mendapatkan Ari..”, ucap Riri di telingaku.
Aku hanya bisa terdiam mendengar kalimat itu terlontar dari bibirnya.
“Dan kamu tau Ya? Beberapa warga desa sekitar juga telah menjadi korban mereka, aku takut Ya.. takut..” ucapnya terisak.
Tubuhku bergetar hebat mendengar apa yang telah Riri katakan, rasa takut yang telah berusaha aku lupakan selama ini kembali menyeruak menyelimuti diriku.
Suasana pemakaman Ari terasa sedikit mencekam, kecemasan dan ketakutan terlihat jelas dari wajah para pelayat disamping rasa duka yang ada. Aku juga menyadari adanya beberapa makam yang terlihat baru di area pemakaman dari bunga bunga yang baru mengering yang tertabur diatas makam makam itu. Mungkinkah yang Riri katakan benar? Apakah semua ini ada kaitannya dengan hal itu? Seusai pemakaman beberapa warga pun termasuk pamanku terlihat sedang mendiskusikan seusatu. Aku berusaha menemui Riri namun ia sudah tidak terlihat diantara kerumunan para pelayat.
            Setelah kembali dari pemakaman aku beristirahat sejenak dirumah paman dan bibiku yang merupakan tempat tinggalku dimasa kecil. Aku sangat penasaran dengan apa yang telah Riri katakan dan apakah kematian Ari serta kenyataan yang aku lihat tentang beberapa makam baru dipemakaman saling berkaitan.
            “Paman, tadi sebelum pemakaman aku ketemu Riri. Dia ngasih tau aku kalau.. kematian Ari ada kaitannya dengan.. kematian beberapa warga desa sekitar dan.. tempat itu, apa itu benar paman?”. tanyaku ragu ragu.
            “Maaf ya nak, paman dan bibi belum bercerita ke kamu apa yang sebenarnya sedang terjadi.” , pamanku menghela nafasnya.
            Pamanku mulai bercerita bahwa semua ini bermula ketika Mbah Imam, seorang tetua, ahli agama dan paranormal di wilayah ini meninggal dunia beberapa minggu yang lalu. Mbah Imam adalah sosok yang telah menyelamatkan hidupku dan teman temanku. Dia jugalah yang telah menyegel kekuatan gaib yang sangat jahat di tempat itu sejak peristiwa itu terjadi. Dan satu tahun sejak peristiwa itu warga dari beberapa desa sekitar mulai berani mendekati tempat itu bahkan menjadikan lahan disana sebagai perkebunan mereka, alasannya karena tanah di daerah tersebut sangat subur dan ada Mbah Imam yang menjaga tempat itu, dan memang tidak pernah ada hal ganjil terjadi hingga sampai beberapa saat setelah meninggalnya Mbah Imam. Beberapa warga mulai hilang di tempat itu dan jasad beberapa dari mereka yang hilang ditemukan beberapa hari kemudian dalam kondisi tak bernyawa dan mengenaskan. Bahkan beberapa dari yang hilang benar benar lenyap tanpa ditemukan jasadnya. Warga pun menjadi resah dan khawatir terlebih lagi semenjak kematian Ari kemarin yang berada di desa, jauh dari tempat itu.
            “Lalu bagaimana kronologis kematian Ari paman? Mengapa tubuhnya membiru dan dipenuhi lebam?”, tanyaku keheranan.
            “Paman juga ndak tau nak, yang jelas kamu tau kan kondisi Ari sejak peristiwa itu ndak pernah berubah?”
            Ya, peristiwa itu adalah peristiwa yang mengubah hidup Ari selama lamanya, ia yang tadinya merupakan sosok yang ceria, periang dan penuh energi berubah menjadi bagai seorang anak dengan kelainan mental, untuk berbicara pun sulit, pandangannya selalu kosong, dan bahkan sudah tidak bisa lagi melakukan kegiatan sehari hari layaknya orang normal sehingga orang tuanya harus membayar perawat untuk membantunya setiap hari.
            “Nah, sejak Mbah Imam meninggal katanya, Ari setiap malam selalu ketakutan dan mengigau seperti ada dedemit yang sangat menakutkan yang cuma bisa dilihat sama dia mendatangi dia.”
            “Dan puncaknya kemarin saat orangtua Ari menemukan Ari di kamarnya sudah terbujur kaku dan tubuhnya membiru lebam lebam.”, pamanku terlihat brigidik saat mengatakan itu.
            Mendengar cerita dari pamanku aku hanya bisa terdiam dan tidak menyangka akan hal ini. Teror ini bahkan jauh lebih mengerikan dan jauh lebih jahat dari sebelumnya. Menjelang senja setelah berbincang bersama paman dan bibiku aku berpamitan untuk kembali ke ibukota. Niat awalku untuk bermalam disini kuurungkan karena rasa takutku yang telah menguasaiku. Paman dan bibiku mungkin menyadari hal itu dan tidak memaksaku untuk bermalam.
“Kamu tenang saja nak, kamu kan jauh dari tempat ini jadi ndak usah terlalu dipikirkan, biar kami yang mencari cara mengatasinya.” Ucap pamanku saat aku berpamitan untuk pulang.
Tidak akan pernah ada seorangpun yang menyangka di desa yang begitu indah ini terdapat teror yang sangat menakutkan menyelimutinya. Kupacu mobilku dengan cepat berharap aku segera meninggalkan desa ini. Terlintas di pikiranku bila kematian Ari ada kaitannya dengan peristiwa itu maka dia juga akan mengejar kami. Baru saja akan kuhapus pikiran itu dari kepalaku, di sisi jalan di bawah sebuah pohon aku melihat sosok itu. Aku tidak percaya dengan pengelihatanku sendiri dan berharap sosok itu hanya ada di pikiranku namun sosok itu nyata, terbalut kain berwarna abu abu yang telah compang camping, rambut berwarna putih kusut yang tergerai sangat panjang ke bawah, kulit pucat kriput dan sudah pecah pecah di beberapa bagian, dan tatapan mata yang sangat tajam. Sosok yang sama seperti sepuluh tahun yang lalu, dia telah kembali. Sosok itu tersenyum dingin padaku

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -