Popular Post

Popular Posts

Jumat, 18 Maret 2016

#WayToDie: Ekstrakurikuler
“Kak, jadi nganterin Dara ekstrakurikuler?”
“Jadilah, kakak panasin motor dulu ya. Kamu siap-siap aja dulu.”
“Oke kak.”
Dara pun masuk ke kamarnya, ia mengganti baju, dan menyiapkan keperluannya di dalam tas ranselnya. Dara adalah siswi Sekolah Menengah Harapan Bangsa, hari ini ia akan mengikuti kegiatan Palang Merah.
Berhubung hari itu hari sabtu, Ardi kakak Dara tidak keberatan untuk mengantar adiknya. Hari ini Ardi mengantar Dara menggunakan sepeda motornya, mengingat waktu yang ditempuh lebih singkat bila menggunakan sepeda motor.
Sekitar pukul 11 siang Dara sudah keluar dari kamarnya, ia membawa tas ransel kesayangannya dan sebuah air mineral.
“Aku udah siap nih kak, kita jalan yuk.?” Dara tersenyum ke arah kakaknya, ada sebuah semangat dimatanya. Dara memang remaja yang aktif, dan ceria.
Ardi mengenakan jaket kulit dan helmetnya, “Yuk Berangkat.”
Dara mendatangi Ardi dan sepeda motornya.
“Jangan lupa pake helmetnya.”
“Oke kak.”
Ardi memang selalu memperhatikan keselamatan Dara, karena ia sangat menyayangi adik satu-satunya. Ardi menyalakan mesin sepeda motornya, beberapa menit kemudian Dara naik di belakang Ardi. Mesin sepeda motor Ardi menderu, dan meninggalkan rumahnya.
“Kak, ambil jalan paling deket ya. Aku udah sedikit terlambat nih.” Ujar Dara ketika mereka sudah di pertengahan jalan. Ardi hanya menjawab dengan isyarat anggukan kepala.
Ardi menjalankan sepeda motornya dengan hati-hati, ia juga tengah memutar otak mencari jalan terdekat menuju sekolah Dara. Namun saat memasuki jalan yang agak sempit, Ardi melihat ada sekerumunan orang memenuhi jalan.
“Itu apa kak?” tanya Dara
“Paling cuman demo aja.” Ardi menjawab  pelan.
Sepeda motor Ardi pun mencoba menembus kerumunan itu, namun ketika semakin dekat Ardi menyadari sesuatu. Beberapa orang di kerumunan itu melihat ke arahnya, dan tidak ada seorangpun yang melewati jalan itu selain ia dan adiknya.
Ketika jarak sepeda motor Ardi dan kerumunan hanya beberapa meter, Ardi kaget. Ia melihat orang-orang di kerumunan itu membawa parang, celurit, samurai dan benda tajam yang lainnya.
Ardi mencoba menghentikan sepeda motornya, tetapi semua terlambat. Mengingat jaraknya yang sudah sangat dekat, dan kecepatan sepeda motornya. Tidak mungkin Ardi berhenti begitu saja, raut wajah Ardi sangat tegang. Keringat membasahi dahinya.
Sepeda motor Ardi sudah dekat, dan siap menembus kerumunan itu. Ketika melihat raut wajah orang-orang dikerumunan itu, Ardi merasa akan ada hal yang buruk terjadi padanya dan adiknya.
“MENUNDUK DARA!”
Seketika itu Ardi meneriaki Dara.
Dara menundukan kepalanya dan mendekap tubuh Ardi erat saat sepeda motor mereka menembus kerumunan itu. Ardi pun menundukan kepalanya, dan terus melihat kedepan.
Tetapi kemudian Ardi merasa rasa perih di bagian belakang tubuhnya, seperti ada sesuatu yang tajam merobek kulitnya. tiba-tiba Dara mendekap tubuh Ardi sangat erat.
“KAK!” Dara memanggil kakaknya dengan nada suara tinggi.
Seketika itu darah menyembur dari mulut Dara. Ketika Ardi melihat kaca spion sepeda motornya, ia melihat ada seseorang bertubuh besar menghunuskan samurainya, dan menancapkannya ke tubuh Dara. Samurai itu menembus tas ransel Dara hingga ke dalam punggungnya, samurai itu merobek dada Dara hingga tembus dan menyayat tubuh Ardi. jaket Ardi basah oleh darah Dara dan darahnya sendiri. Dara memeluk erat tubuh Ardi, namun semakin lama pelukan itu menggendur. Tubuh Dara semakin lemas, dan mulutnya terus mengeluarkan darah. Ardi memegang tubuh Dara dengan salah satu tangannya agar tak jatuh ke tanah, kaca helmetnya sudah dipenuhi uap dari nafasnya yg tersengal. “Bertahanlah Dara, bertahanlah..” air mata Ardi mulai mengalir. Tetapi tidak ada pergerakan di tubuh Dara, kepalanya sudah terombang ambing.
Ardi terus memacu sepeda motornya, ia ingin melewati kerumunan itu dengan cepat. Salah satu tangannya masih memegang tubuh Dara, sedangkan seluruh tubuhnya sudah dipenuhi darah. Dan Dara tak lagi bernafas…
Ardi berusaha membagi konsentrasinya, antara melihat ke depan dan spion sepeda motornya. Sedikit lagi ia dapat terbebaskan dari kerumunan itu.
Tapi sayangnya Ardi tidak menyadari ada seorang pria paruh baya tepat beberapa meter di depannya, ia terus memperhatikan Ardi. Ia tahu Ardi akan melewatinya, hingga saat jaraknya sudah dekat pria itu mengangkat tangannya. Ternyata tangan pria itu menggengam sebuah parang yang cukup panjang, dan tajam…
Tanpa ragu-ragu pria itu melayangkan parangnya ke arah Ardi, Ardi tidak dapat menghindari ayunan parang itu. Hingga akhirnya parang itu berhasil membelah leher Ardi hingga ke kerongkongannya, dan parang itu pun tertancap di leher Ardi. Ardi merasakan rasa ngilu dan perih yang luar biasa, darah mengalir dari parang yang menancap dilehernya. Ardi kesulitan bernafas, darah memenuhi mulutnya. Stang sepeda motor Ardi mulai oleng, hingga akhirnya Ardi tidak kuat lagi menyeimbangkan sepeda motornya. Sepeda motor Ardi berjalan tanpa terkendali, hingga akhirnya membentur sebuah tembok besar di sisi jalan. Tubuh Ardi dan Dara terpental ke jalan, Dara sudah tak bernyawa sedangkan Ardi masih menggelepar menahan rasa sakit dilehernya. Tetapi akhirnya Ardi pun tak lagi bergerak, parang tajam itu masih bersarang dilehernya. Darahnya pun masih mengalir deras membasahi aspal jalanan.
“Sepasang pengendara motor menjadi korban tawuran warga, hanya karena tidak sengaja lewat saat tawuran berlangsung.”
“Kasian ya, mana masih muda lagi.” Ujar seorang supir angkutan kota seraya menutup surat kabar yang ia genggam.

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -