Popular Post

Popular Posts

Jumat, 18 Maret 2016

#WayToDie: Ice (s)Cream
“Kakak, aku laper.”
“Sabar Seth, mungkin sebentar lagi ayah dan ibu pulang.”
Dana mengusap dahi adiknya, sudah pukul 10 malam orang tuanya belum juga pulang. Ini memang bukan hal yang bagus, meninggalkan dua orang anak kecil di rumah dengan sebuah kertas bertuliskan “Dana, ayah dan ibu harus pergi ke rumah Bibimu. Jaga Seth.” Orang tua macam apa itu, tidak berguna.
“Lebih baik kau pejamkan matamu Seth.”
“Tetapi perutku lapar kak.”
Dana dan Seth hanya diam di kamar, mereka tidak tau apa yang harus mereka lakukan. Tentu saja mereka belum mempunyai keahlian memasak.
Tiba-tiba saja mereka mendengar sebuah suara yang tak asing ditelinga mereka, tidak butuh waktu lama untuk Seth mengenali bahwa yang ia dengar adalah sebuah Jinggle penjual es krim. Seth buru-buru melihat ke jendela kamar, ternyata benar ada penjual es krim di sebrang jalan. “lihat kak, ada penjual es krim. Sepertinya enak.” “yang benar?” Dana menghampiri adiknya, ia melihat ke jendela, dan memang benar bahwa itu adalah penjual es krim. Tetapi penjual es krim macam apa yang berjualan selarut ini.
“Sebaiknya kita tidak keluar Seth, terlalu aneh seorang penjual es krim tengah malam seperti ini.”
“Tetapi aku lapar kak.” “Hey lihat! Ternyata es krim gratis.” Seth menarik kepala kakaknya, ternyata benar. Van berwarna hitam itu bertulisakan “es krim gratis.”
“Tidak Seth, terlalu aneh.”
“Ayolah kak, mungkin karena hari ini adalah hari nasional hingga mereka menjual es krim gratis malam-malam. Daripada dibuang.”
“Ayolah kak, aku sangat lapar.” Seth memohon hingga dua kali. Akhirnya Dana menyetujuinya. Mereka pun keluar rumah, menuju ke van hitam itu.
Pelan-pelan mereka menghampiri mobil van hitam itu, seluruh kacanya tertutup. Dana dan Seth mendekati bagian depan van itu, suara Jinggle dari van itu terdengar sangat keras dari dekat hingga memecah kesunyian. Dana melihat ke bagian dalam van itu, tetapi kacanya terlalu gelap. Tak terlihat apa-apa. Dana mencoba mengetuk kaca van itu, beberapa detik Dana mengetuk. Kaca van itu terbuka lebar. Mereka melihat wajah seorang wanita mengenakan topeng kelinci, wanita itu memiringkan kepalanya ke arah Dana dan Seth. Untuk beberapa detik mereka saling memandang.
Hingga sebuah pengait besar ditembakan dari dalam van, pengait itu menembus leher Dana hingga bagian belakang lehernya. Darah membuncah ke tanah, seketika itu Seth berteriak. Tetapi teriakannya tenggelam oleh suara Jinggle van itu. Dana sangat merasakan rasa perih saat pengait itu merobek leher dan tulangnya, suara sayatan antara dagingnya dan besi pengait yang dingin itu sayup-sayup memecah riuh suara Jinggle itu. Darah mengalir deras dari batang tenggorokannya, ia ingin berteriak dan menyuruh Seth untuk pergi tetapi darah yang mengalir dari tenggorokannya meredam suaranya. Tubuh Seth gemetaran.
Tidak lama setelah itu tubuh Dana di tarik menggunakan pengait yang menancap, mencengkram lehernya. Tubuh Dana tertarik ke dalam van, meninggalkan Seth yang terbelalak melihat leher kakaknya berlumuran darah. Sebuah tangan keluar dari dalam van dan menarik tubuh Seth, kemudian pintu van tertutup rapat.
Suasana di dalam van agak gelap, hanya sedikit cahaya yang masuk melalui celah-celah pintu van. Tubuh Seth tergeletak di tengah van, dengan sebuah pending besar di belakangnya dan Dana di depannya. Pengait itu masih menancap di leher Dana, Dana sulit bernafas. darah masih mengalir deras dari leher dan mulutnya. Wanita dengan topeng kelinci menghampiri mereka, ia sempat memperhatikan Seth yang tak dapat menahan air matanya. Tetapi kemudian wanita itu menghampiri Dana, ia mengulurkan tangannya ke leher Dana. Wanita itu memegang pengait dileher Dana, kemudian ia mencabut pengait itu. Daging di bagian leher Dana, darah kembali membuncah dari luka yang semakin membesar. Dana berteriak sangat keras saat pengail itu di cabut, rasa perih yang teramat sangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Nyeri dari lehernya yang hancur terlihat amat menyakitkan, semua itu tertangkap dari mata Dana yang mengeluarkan air mata.
“KAKAK!”
Sepertinya wanita itu belum puas, ia mengeluarkan sebuah palu besar dari pinggangnya. Ia genggam palu itu dengan kuat, ia angkat tinggi-tinggi. Dengan bengis ia daratkan palu itu dengan sekuat tenaga ke kepala Dana, palu itu membentur kepala Dana sengat keras hingga membuat tulang kepalanya hancur dan membentuk sebuah lekukan besar. Darah dari kepala Dana membuncah dan mengotori topeng wanita itu. Wanita itu mendaratkan palunya yang ke dua, kali ini kepala Dana benar-benar hancur, nafas Dana yang tersedat pun seketika berhenti. Darah Dana menggenangi lantai van itu.
Tubuh Seth gemetaran, ia mulai meronta.  Wanita itu menjatuhkan palunya, dan mengangkat tubuh seth yang meronta-ronta. Seth kalah kuat, wanita itu dapat dengan mudah mengangkat tubuhnya. Ia membuka lemari pendingin besar di van itu, kemudian memasukan tubuh Seth ke dalamnya lalu menutupnya. Seth meronta-ronta di dalam lemari pendingin itu, tetapi tidak berhasil membuka pintunya. Sepertinya lemari pendingin itu sudah di kunci dengan kuat, lama kelamaan Seth berhenti meronta. Suhu di dalam lemari pendingin itu semakin dingin, bahkan rambut Seth sudah mengeras. Nafasnya tersengal. Entah sudah berapa lama ia berada di dalam sana, tetapi satu hal yang pasti adalah tubuh Seth sudah setengah membeku. Ia tidak dapat menggerakannya.
Tiba-tiba pintu lemari pendingin itu terbuka, Seth melihat wanita dengan topeng kelinci itu yg membukannya. Mata Seth berputar-putar, menandakan sebuah perlawanannya. Tetapi ia tidak dapat berbuat banyak, wanita itu sudah menggendong tubuhnya keluar dari lemari pendingin. Ia meletakan tubuh Seth di tempat dimana Dana dibunuh dengan keji. Wanita itu sempat mengusap wajah Seth, sebelum ia merogoh sebuah kotak peralatan. Wanita itu mengeluarkan sebuah gergaji dari sana, tidak lama kemudian wanita itu memiringkan tubuh Seth. Kemudian dengan tanpa belas kasih wanita itu menggergaji leher Seth, Seth merasakan nyeri yang teramat sangat saat gergaji itu mulai merobek lehernya. Darah menyembur dari batang nadi di leher Seth, semburan yang cukup tinggi membasahi tangan wanita itu. Mata gergaji itu sudah sampai di tulang lehernya, dan wanita itu menggergaji leher Seth lebih kuat agar dapat memutus tulang Seth. Mata Seth sudah mulai gelap, yang ia dapat lihat adalah darahnya sendiri. KRAK! Akhirnya tulang leher Seth terputus, dan dengan sedikit gesekan dari mata pisau gergaji itu akhirnya kepala Seth terpisah dari tubuhnya. Kepala Seth menggelinding ke sisi van, wanita itu membuka topengnya dan menyaksikan Seth meregang nyawa. Wanita itu menatap Seth dengan tajam, wanita itu tertawa terbahak-bahak sesaat sebelum mata Seth tertutup untuk selamanya.
“Kakak. Kakak dimana?”

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -