Popular Post

Popular Posts

Jumat, 18 Maret 2016

#WayToDie: Ikan
Pagi itu suasana sungai batang sangat sepi, tak ada siapapun di sana. Lagi pula apa yang dilakukan orang di sebuah sungai yang cukup kotor sepagi ini, lagi pula daratan di sekitar sungai batang sangat berlumpur. Belum lagi bau sampah yang menyengat, maklum sungai batang memang selalu di jadikan bak sampah raksasa. Nyamuk-nyamuk yang bersarang di tanah-tanah basah pun tak kalah kejamnya, siap mengigit dan menularkan penyakit-penyakit kotor.
Pagi itu sedikit berkabut, tetapi bukanlah kabut alami dari asrinya lingkungan melainkan asap tengik hasil pembakaran sampah warga sekitar. Diantara kabut yang mengembang di udara, tiba-tiba sesosok laki-laki paruh baya menampakan dirinya. Dia adalah bang yayat, dia adalah tunawisma yang tinggal di sekitar sungai batang. Sudah bertahun-tahun ia tinggal sendirian, keluarganya pergi meninggalkannya. Sehari-hari bang yayat mengumpulkan sampah-sampah pelastik untuk dijual, hanya itulah mata pencahariannya. Tetapi sepertinya beberapa hari ini ia kurang beruntung, sampah plastiknya tidak kunjung memenuhi syarat untuk dijual.
Pagi ini perut bang yayat sangat lapar, karena tak mempunyai uang untuk membeli makanan. Bang yayat memutuskan untuk menyusuri sungai, mencari apa saja yang dapat dimakan, pagi ini ia ingin makan ikan.
Pelan-pelan bang yayat menyusuri sungai batang, tujuannya adalah mencari ikan jenis betik. Sebuah jenis ikan yang sering di temukan di sungai-sungai kotor, tubuh ikan itu sangat keras dengan sisik dan sirip yang cukup tajam. Bahkan seluruh tubuhnya di tutupi sirip panjang yang sangat tajam, ikan ini juga terkenal sangat agresif.
Beberapa ikan betik sepertinya lebih baik dari pada perut yang lapar, itulah yang dipikirkan oleh bang yayat.
Sudah sekitar 2 jam bang yayat menyusuri sungai, tetapi tak satupun ikan ia tangkap. Ia mulai putus asa, hingga ia sampai pada sebuah terowongan yang cukup panjang. Terowongan sepanjang ini pasti rumah bagi banyak ikan, pikirnya. Ia pun segera memasuki terowongan itu.
Terowongan itu cukup gelap, dan semakin masuk cahaya pun semakin berkurang. Tapi bang yayat masih cukup jeli memeriksa dasar sungai, dan benar saja. Banyak sekali ikan di sana, dengan sigap bang yayat menangkapnya. Dalam satu menit bang yayat sudah dapat menangkap 3 ikan betik seukuran tiga jari orang dewasa, hati bang yayat sangat senang melihat tangkapannya. Tetapi sayang ia lupa membawa pelastik untuk menyimpan ikan yang ia tangkap, bang yayat melirik kanan kirinya untuk mencari plastik bekas. Tetapi ia tak dapat menemukannya, sedangkan ikan di tangannya sudah berontak. Karena takut ikan tangkapannya lepas, bang yayat mengigit ketiga ikan tersebut di mulutnya. Ia mengigit bagian kepala ketiga ikan itu, sedangkan tangannya meraih-raih dasar sungai mencari plastik.
Ketika tengah asik mencari plastik, tiba-tiba ketiga ikan di mulutnya brontak dan dengan cepat masuk ke dalam mulutnya. Ikan-ikan itu menggelepar di dalam mulut bang yayat, mengakibatkan mereka masuk ke dalam tenggorokan bang yayat.
Bang yayat terpelanting ke belakang, ia memegangi lehernya. Ketika ikan itu mengembangkan sirip berduri mereka di dalam kerongkongan bang yayat, mereka menggelepar di dalam batang tenggorokan dan merobek tenggorokan bang yayat dari dalam. Darah mulai keluar dari mulut bang yayat, ia merasakan rasa sakit dan perih yang teramat sangat dari tenggorokannya. Ketiga ikan itu terus saja merobek tenggorokannya, mereka menancapkan duri-duri tajam mereka hingga merobek pita suara bang yayat. Bang yayat mencoba teriak sekeras mungkin, tapi tak ada suara yang keluar dari tenggorokannya selain suara geraman karena rasa sakit saat ketiga ikan itu menyanyat  tenggorokannya. Bang yayat menekan tenggorokannya, berharap ketiga ikan itu keluar. Tetapi bukannya keluar duri ikan itu malah menancap lebih dalam hingga menembus kulit leher bang yayat, bahkan duri dari ikan2 itu menusuk tangan bang yayat yang terus memegangi lehernya.
Bang yayat terus saja berjuang melawan ikan di tenggorokannya, tetapi semua itu percuma. Ketiga ikan itu lebih kuat, bang yayat mulai lemas. Seluruh tubuhnya sudah ternggelam ke dasar sungai, hanya bagian wajah dan leher yang masih dipermukaan. Air yang mengalir di sekitar tubuh bang yayat sudah berwarna merah, bang yayat mencoba meraih tepi sungai. Tetapi baru saja akan sampai di tepi sungai, bang yayat menemukan seekor ular yang cukup besar di tepi sungai. Tepat di hadapannya, bahkan tepat di hadapan wajahnya. Bang yayat yang sudah lemas karena kehabisan darah karena tenggorokan terus mengeluarkan darah tak dapat melakukan apa-apa. Ia hanya memadang ular di hadapannya, matanya terbelalak. Ular itu memasang posisi menyerang, karena merasa bang yayat adalah ancaman baginya.
Beberapa detik kemudian ular itu melakukan penyerangan, dengan cepat ia mengigit bang yayat tepat pada bola matanya. Seketika penglihatan bang yayat gelap, tubuhnya gemetaran karena tak bisa menahan rasa sakit yang teramat sangat di mata dan tenggorokannya.
Tubuh bang yayat beberapa kali meronta, hingga akhirnya tubuhnya tak lagi bergerak. Bang yayat meregang nyawa di sungai itu, ia mati lemas karena kehabisan darah.
Tubuhnya pun menapung di permukaan sungai, sedikit demi sedikit aliran sungai batang menjadi merah.
Diantara merahnya aliran sungai, munculah tiga ekor ikan yang keluar dari mulut bang yayat. Mereka keluar secara bergantian, dan berenang dengan santai meninggalkan mayat bang yayat.
Sepertinya bang yayat tidak akan mendapatkan makanan hari ini, lagi pula ia  tidak akan makan lagi untuk waktunya yang cukup lama atau mungkin untuk selamanya…

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -