Popular Post

Popular Posts

Jumat, 18 Maret 2016

#WayToDie: Kisah Gadis Hutan dan Pemuda di Dalam Gubuk
Andai saja seseorang lewat di depan rumah mungilnya yang terbuat dari kayu dan daun kelapa pasti sudah ia terjang dan ia cabik-cabik hingga tewas, amarahnya sudah mencapai titik tertinggi. Darahnya mendidih, wajahnya merah padam. Sudah berpuluh tahun ia melakukan hal yang sama; menunggu ayahnya yang selalu pulang ketika matahari terbenam. Ia menunggu di tepi jendela, sama seperti biasanya. Semenjak pagi hari gadis muda berambut panjang itu hanya menunggu ayahnya pulang, kadang sampai tertidur di tepi jendela karena semilir angin yang berembus begitu sejuk. Rumah mungil gadis cantik itu berada jauh di dalam hutan, orang-orang mungkin akan terkejut begitu tahu ada sebuah rumah di tengah hutan lebat. Tidak ada tetangga, desa terdekat saja berjarak puluhan kilometer. Gadis muda itu tidak tahu berapa usianya saat ini, tidak ada kalender ataupun jam yang menunjukan hitungan waktu di rumah mungilnya. Namun kedua buah dadanya sudah menonjol di balik baju lusuh yang ia kenakan menunjukan bahwa ia sudah cukup dewasa. Tubuhnya pun sudah mulai meniru bentuk gitar Spanyol, jika saja ada seorang pemuda yang melihatnya di balik baju tipis dan rok selutut. Pastilah pemuda itu akan jatuh hati kepadanya.
Tidak banyak hal yang gadis muda itu ketahui, yang ia ketahui hanyalah kenyataan bahwa ibunya meninggal ketika melahirkannya. Jikalau ia mendesak ayahnya untuk memberitahu darimana asal mereka, ayahnya hanya menceritakan bahwa mereka dulunya adalah sebuah kawanan yang terdiri dari puluhan kepala keluarga. Hidup tenang di tengah hutan, setidaknya sampai para monster menyerbu tempat tinggal mereka. Membakar rumah-rumah mereka, dan membunuh kawanan satu per satu tanpa belas kasih. Ayah dan ibunya adalah salah satu kawanan yang selamat, jumlahnya tidaklah banyak. Mereka terpencar satu sama lain dan tidak lagi bertemu setelah hari yang mengerikan itu. Sehari-hari gadis muda itu hanya makan dari hasil buruan ayahnya, ia memasak seadanya hasil buruan itu. Biasanya daging rusa, babi hutan, atau monyet liar dan beberapa sayur-sayuran. Gadis muda yang semakin tumbuh itu pernah menyatakan niatnya untuk keluar hutan, tapi ayahnya melarang keras karena ia akan bertemu dengan monster-monster di luar sana. Ayahnya selalu menekankan bahwa mereka adalah keturunan terakhir dari ras nenek moyang, oleh karena itu mereka harus selalu menjaga dan mematuhi garis keturunan mereka demi kelangsungan kawanan mereka. Semenjak itu si gadis muda tidak pernah lagi mengutarakan niatnya untuk keluar hutan, walaupun ia akan curiga dengan tingkah laku ayahnya. Hampir setiap malam ayahnya melolong bagai anjing hutan. Di dalam hatinya ia yakin bahwa ayahnya menyimpan sebuah rahasia yang tidak ia ketahui. Namun, semisterius apapun ayahnya. Ia tetap mencintai ayahnya yang telah merawat dan melindunginya semenjak ia kecil.
Pada suatu malam, ketika si gadis muda ingin menyalakanlentera. Ia melihat sesosok pemuda tengah berjalan tertatih-tatih di balik ilalang tidak jauh dari rumah mungilnya, rasa penasaran membuatnya keluar rumah dan membuntuti pemuda itu. Pemuda itu terluka parah, ada delapan anak panah menancap di sekujur tubuhnya. Pemuda itu roboh setelah beberapa langkah melangkah di tengah padang ilalang, bagitu banyak darah mengucur di tubuhnya. Sang gadis muda pun iba, ia mendekatinya lalu membawanya ke sebuah gubuk dekat rumah mungilnya. Tempatnya bermain ketika masih kecil. Gadis muda itu menarik setiap anak panah yang menancap di tubuh pemuda berparas tampan itu, berutung tidak satupun dari busur panah yang menencap mengenai jantung dan ogan lain hingga pemuda itu selamat. Gadis muda itu membersihan darah di sekujur tubuh pemuda itu, dan ia mengobati lukanya. Pemuda itu tampak aneh, pakaiannya penuh dengan benda bulat berukuran kecil dan ada lipatan di bagian leher, gadis muda itu melepaskan kaitan di benda bulat satu per satu. Tubuh pemuda itu begitu sempurna, dadanya bidang. Otot-otot menonjol di perut dan tangannya, gadis muda itu tersipu. Jantungnya bedegup kencang, sekujur tubuhnya seperti dijalari aliran listrik bertegangan rendah. Ia tidak dapat menutupi perasaan yang bergejolak di dalam dirinya, walaupun ia tidak tahu perasaan apakah itu tapi ia menikmati setiap menit bersama pemuda itu.
Gadis muda itu teringat akan ayahnya, jika ayahnya tahu ia akan mendapatkan masalah besar. Setelah selesai mengobati pemuda itu, ia meninggalkan pemuda itu dan pulang ke rumah. Untungnya ayahnya belum pulang. Malam ini ayahnya pulang malam, ayahnya membawa banyak sekali buruan. Monyet liar yang berukuran besar, bahkan sangat besar untuk dikatakan sebagai seekor monyet. Ukuran monyet itu hampir menyamai tubuh gadis muda itu. Tapi sekali lagi ia tidak menaruh curiga apa-apa kepada ayahnya, lagi pula mereka akan sangat menikmati daging monyet besar ini. Malam itu ayahnya tidak menaruh curiga apa-apa kepadanya, ia pun merasa sangat lega.
Ketika pemuda itu sadar, ia terpesona dengan kecantikan si gadis muda yang duduk seraya mengobati lukannya. Mereka pun berteman dan saling suka. Meskipun begitu, si gadis muda masih gelisah karena ia tahu bahwa ayahnya akan marah besar jika megetahui hal ini. Lambat laun ayah si gadis muda mulai curiga akan tingkah laku anak gadisnya, tetapi ia sengaja tidak menunjukan kecurigaannya. Gadis muda itu semakin jatuh hati kepada sang pemuda ketika pemuda itu memberitahunya tentang gugusan bintang di langit ketika mereka sedang duduk di padang rumput dekat gubuk, ia juga memberitahu bahwa di langit banyak terdapat planet. Di antara nama-nama planet yang pemuda itu beritahukan, si gadis muda menyukai namaNeptunus. Pemuda yang berasal dari kota itu semakin jatuh hati dengan gadis hutan belantara yang menyelamatkanya, begitu juga sebaliknya.
Tanpa mereka sadari, ayah gadis muda telah mengetahui keberadaan pemuda asing di gubuk itu. Ia bertambah berang ketika mengetahui hubungan mereka dan kenyataan bahwa anak gadis satu-satunya telah berbohong. Suatu hari ketika menunggu ayahnya pulang, gadis muda itu tidak dapat menahan rasa kantuknya. Ia akhirnya tertidur di sisi jendela diiringi hujan gerimis yang membawa angin dingin dari hutan, gadis itu terbangun ketika hari sudah gelap. Ia teringat akan pemuda di dalam gubuk, seharusnya sore tadi ia mengantarkan air dan buah-buahan untuknya. Lukannya yang belum sembuh benar membuatnya belum bisa terlalu banyak bergerak, tetapi kedua bola mata gadis muda itu terbelalak ketika melihat pakaian ayahnya tergeletak di atas tanah dekat rumah mungilnya. Ayahnya ternyata sudah pulang tapi ia tidak dapat menemukan keberadaannya di dalam rumah, ia mencemaskan sesuatu yang buruk akan terjadi. Pikirannya melayang ke pemuda yang berada di dalam gubuk, ayahnya dapat saja menemukan pemuda itu lalu membunuhnya. Gadis muda berlari menuju gubuk reot tempat pemuda pujaan hatinya berada, deru napasnya mengalun lambat ketika ia sampai di depan gubuk itu. Sepi sekali di dalam gubuk itu, ia mulaiterisak saat hendak membuka pintu gubuk. Tubuh sang pemuda pujaan hati sudah terbaring bersimbah darah di atas tanah, dada hingga perutnya rusak. Wajah pemuda pujaan hatinya yang tampan kini berubah pucat dan dingin, matanya terbuka lebar. tetesan-tetesan darah di dekat tubuh pujaan hatinya itu mengarahkannya kepada sesosok makhluk besar berbulu hitam lebat dengan moncong dipenuhi gigi-gigi tajam seperti serigala tengah mengunyah jantung pemuda itu. Makhluk besar itu sama sekali tidak merasa terganggu saat gadis muda itu memergokinya, ia terus menyantap jantung dan beberapa tulang muda pemuda pujaannya. Setelah memakan habis tulang-tulang pemuda pujaan hatinya, makhluk hitam besar itu mendekati si gadis muda yang masih berdiri memerhatikannya.
Deru napas makhluk itu begitu hangat dan berbau busuk, ia mengendus tubuh si gadis muda beberapa kali. Kemudian moncongnya yang basah oleh darah mendekati telinga gadis muda itu, dari mocong makhluk itu muncul sebuah suara yang sangat ia kenal. Suara itu mengatakan kata-kata yang juga sudah sering ia dengar semenjak kecil, “kau harus menjaga dan mematuhi garis keturunan kita, dia dan kawanannya sudah membunuh saudara-saudara kita dengan keji. Dia adalah bagian dari kawanan monster-monster itu, monster yang dagingnya kita makan hingga kenyang.”
Denting-denting aneh mulai menggema di telinga gadis muda itu, bau darah yang amis kini terasa manis di hidungnya. Makhluk hitam besar itu mundur beberapa langkah, gadis muda itu merasa suhu tubuhnya naik drastis. Ia seperti terbakar, kulitnya melepuh. Tubuh gadis muda itu mulai membesar hingga tiga kali ukuran manusia biasa, seluruh pakaian yang ia kenakan robek dan melorot ke tanah. rambut hitam mulai tubuh di seluruh tubuhnya, mulut berubah menjadi moncong, taring tajam mencuat dari barisan gigi geraham. Kuku tajam yang tumbuh di ruas jari gadis muda itu membuat telapak tangannya gatal, ia menggaruk tanah untuk mengurangi rasa gatal yang semakin tidak tertahan. Gadis muda telah lenyap, hanya makhluk hitam besar bermoncong seperti serigala yang tertinggal. Dua makhluk itu saling menatap, bola mata mereka memancarkan cahaya kemerahan. Salah satu makhluk hitam itu menerjang tubuh pemuda yang masih tersisa dan mulai memakan apapun yang tersisa dari pemuda itu. Tubuh pemuda itu pun hilang begitu saja. Makhluk hitam besar itu mendongakkan kepalanya lalu melolong. Suara lolongannya begitu panjang, membelah kesunyian hutan. Sayup-sayup terdengar lolongan lain dari bagian hutan yang lebih dalam, dan lama-kelamaan lolongan itu pun saling bersahut-sahutan.

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -