Popular Post

Popular Posts

Jumat, 18 Maret 2016

#FiksiHorror: Disgrace’s Grace bagian terakhir
“Dasar kau wanita jalang tidak tahu diri!”
“Apa! Berani sekali kau David! Kau pun hanya seorang pemabuk tidak berguna! Hanya menghamburkan uang untuk alcohol! Dan kau hanya duduk di depan tv seperti idiot berharap pekerjaan yang lebih baik!”
“Diam kau Stacey! Kau tidak becus mengurus rumah tangga! Kau bekerja seperti orang gila. Yang kau kejar hanya uang! Mengapa kau tidak jual diri saja!”

“Hah! Aku bekerja keras mencari uang karena kau tidak mampu diandalkan David! Kau hanya pemabuk idiot! Enyah kau!”
Ayah menampar ibu, Ibu berteriak histeris tidak menerima perlakuan ayah dan memukuli ayah dengan tenaga seorang wanita lemah. Aku tidak tahan melihat mereka lalu aku berlari menghampiri mereka, saat ayah ingin mendorong ibu namun meleset dan ayah mendorongku, namun aku langsung bangkit dan berteriak “Hentikan! Kumohon hentikan! Kalian membuat ku gila! Tidak bisakah kalian berdua akur seperti yang lain! Aku muak melihat kalian bertengkar!”
“Lihatlah Stacey! Anakmu pun muak melihatmu!”
“Grace kembali ke kamar mu!”
“Tidak sebelum kalian berhenti bertengkar!”
Ibu mencengkram lenganku dengan kuat dan berkata “Cepat masuk kamarmu! Aku lelah Grace! Jangan menambah bebanku! Kau hanya menambah bebanku Grace! Harusnya kugugurkan saja kau waktu itu! Aku tak mampu mengurus dua anak! Sial! Aku benci sekali hidupku!” Ibu melepas cengkramannya dengan kasar, aku tersungkur di lantai.
“Aku sangat membencimu david! Enyahlah di neraka!” Ibu menyumpah dan membanting pintu. Ia pergi. Entah kemana. Aku masih dilantai, aku bersiap berlari namun ayah mencegahku “Grace, dia tak bersungguh-sungguh berkata begitu. Maafkan aku”
Aku menangis dan melepas genggaman ayahku, aku berlari menuju kamar. Menyakitkan sekali kata-kata ibu, aku mencintainya. Aku mencintai ayah juga. Tapi mereka tak pernah menginginkan aku. Aku menjadi benci kepada ibu, walau sebenarnya aku tidak mau.
Sepanjang malam aku menangis, tidak cukupkah kau menyiksaku hari ini tuhan.
Mengapa hidupku harus seperti ini, tak diterima dimanapun.         
Esok paginya aku berangkat kesekolah, syukurlah ini hari jumat. Hari terakhir sekolah, setidaknya besok aku tidak harus menemui mereka. Gab tentu saja masih mendiamiku, aku tidak heran dan tidak peduli lagi. Hari ini tak seorang pun mengangguku, aku lega dan bersyukur.
Saat bel pulang sekolah tiba-tiba Gab menghampiriku “Hey Grace, maukah kau pulang bersama?”
“Oh tentu saja. Mari Jalan” Jawabku santai, walaupun aku masih kesal tapi dia masih mau pulang denganku
“Hmm Grace, aku ingin bertemu seorang lelaki di taman, kami sudah dekat sejak lama namun aku gugup ingin bertemu dengannya. Maukah kau menemaniku?”
“Benarkah? Itu keren sekali. Dia sekolah dimana?”
“Dia kelas 12”
“Lebih tua dari kita dong, kau yakin dia pemuda baik-baik?”
“Hahaha tentu saja. Jadi kau mau kan menemaniku?”
“Tentu saja. Dan memastikan kau selamat”
“Terima kasih sekali Grace. Kau baik sekali” Gab berbicara dengan riang
Kami tiba di taman dan bertemu dengan lelaki yang dimaksud Gab, ia mengenalkanku padanya. Namanya Danny, Ia tinggi dan berambut hitam. Cukup menarik dan kelihatannya ia gemar berolah raga, tubuhnya sedikit kekar. Aku menjauh sedikit untuk memberi mereka waktu berdua.
“Grace, ayo kita pulang”
“Dia tidak pulang dengan kita. dia ada janji untuk bermain basket dengan temannya. Bagaimana menurutmu?”
“Kelihatannya baik, dan dia cukup menarik”
“Oh tentu saja. Aku senang sekali hari ini”
Di tengah jalan, Kami mampir ke minimarket untuk membeli HotDog, Disana tanpa diduga kami bertemu Molly,Patricia dan kawan-kawan. Patricia memanggil Gab, mereka membicarakan sesuatu. Gab terlihat kaget namun senang. Ia lalu berpamitanpada mereka.
“Kau tahu tidak Grace?!” Kata Gab di perjalanan pulang
“Apa” balasku datar
“Patricia mengundang kita ke pesta ulang tahun Edna besok malam”
“Kita? Mungkin maksudnya hanya kau” jawabku sinis
“Tidak. Kau juga diundang Grace” Gab menekankan kata kau
“Well, aku tidak tahu”
“Ayolah Grace. Dengan itu, aku bisa bilang pada ibuku bahwa aku pergi kerumahmu untuk menonton film. Kumohon Grace”
Aku menimbang-nimbang “Hmmm baiklah. Tapi jika sesuatu terjadi aku langsung pulang. Tidak peduli kau masih ingin disana atau tidak”
“Baiklah! Terima kasih Grace!”
“Ya, ngomong-ngomong Edna itu yang mana?”
“Oh Edna itu yang berambut pirang pixie”
“Ah yang itu,kurasa aku mengingatnya”
“Ya! Baiklah kalo begitu sampai jumpa besok Grace!” Gab langsung menghambur kerumahnya. Rumahku masih satu blok lagi. Aku masih ragu apakah aku akan pergi besok malam atau kubatalkan saja. Tapi jika kubatalkan Gab akan marah besar dan aku akan kehilangan temanku satu-satunya .
Gab menata rambutnya dengan sangat teliti, dia tidak ingin kelihatan cacat di pesta pertama yang akan ia hadiri. Gab mengenakan gaun simple berwarna biru tua, yang cocok sekali dibadannya. Sedangkan aku mengenakan gaun lace putihku. Gab membubuhkan mascara dan eyeliner, aku setengah mati menahan mataku agar tak berkedip saat dipakaikan eyeliner. Sebenarnya aku tidak suka bermake-up dan kurasa ini agak berlebihan. Tapi Gab memaksaku. Kami kelihatan lebih tua dua tahun dengan make-up ini. Dan entah dari mana Gab, membawa high heels untuk kami berdua. Dan tentu saja Gab berhasil memaksaku untuk memakainya.
Kami tiba di kediaman Edna, dan kurasa tidak hanya anak seumuran kami yang diundang, ia juga mengundang teman teman kakaknya, Jared. Sehingga banyak juga anak-anak kelas 12 disini.
Aku dan Gab memberikan selamat kepada Edna, beberapa menit kemudian Gab disampar Danny, Danny teman satu sekolah Jared. Aku sendiri lagi, namun aku menikmatinya, aku mengambil cocktail dan Edna menghampiriku,aku sedikit canggung dan gugup
“Grace, ini Greg. Greg ini Grace. Kuharapa kalian bersenang-senang” Edna menekankan kata bersenang-senang
“Hai Grace” Sapa Greg dengan senyum
“Hai” Aku membalasnya dengan kaku, namun ku akui Greg tampan, senyumnya pun menawan
“Jadi, kau teman sekelas Edna eh?”
“Dia temannya temanku. Namun kami sekelas di beberapa mata pelajaran”
“Oh begitu.”
“Bagaimana denganmu? Kau temannya Jared?”        
“Ya. Aku temannya. Well, Grace maukah kau berdansa denganku?”
“Hmm baiklah” Aku gugup namun aku senang sekali. Kami berdansa dengan kaku, namun kami sama-sama mentertawakannya. Dia banyak bercerita lucu dan hal-hal tolol yang pernah dialaminya. Aku banyak tertawa bersama Greg. Lalu dengan lembut dia mencium bibirku
“Kau cantik Grace”
Aku hanya diam dan wajahku bersemu merah. Aku pasti sangat memalukan
“Maukah kau minum kedalam?”                                            
“Mmm ya, tentu saja”
Kami duduk di sofa, tidak ada siapapun, semua sibuk berpesta dan berdansa di taman rumah Edna, Greg muncul membawa minuman dari dapur
“Umm kupikir kau membawa cocktail Greg”
Greg tertawa mendengar responku “Jadi kau tak pernah minum alcohol?”
“Well, beberapa kali”
“Jadi kau ini anak baik-baik eh?” Greg menantangku
“Sialan kau. Kemarikan itu”
Greg mencium keningku “that’s my baby”
“Tapi aku tidak ingin mabuk”
Greg hanya tertawa, setelah itu kami berbincang-biincang kembali, ia membicarakan anjingnya, Brown.  Dan betapa ia sangat membanggakan anjingnya. Greg seorang perenang. Ia atlit renang disekolahnya. Dan aku mengaguminya karena itu. Dan semakin lama ia semakin mabuk dan terus menciumiku, aku masih bisa menghindarinya. Aku ingin pergi saja, ia mulai membuatku tidak nyaman. Namun tangannya menggenggamku dengan kencang.
“Lepaskan aku Greg”
“Tidak malam ini, Grace”, Greg mencengkeram lenganku dan rahangku dengan tangannya yang lain. Ia membawaku ke sebuah kamar, Ia melemparku ke kasur, dan berbalik untuk mengunci pintu. aku mengambil kesempatan untuk bangkit dan menerjangnya namun aku kalah cepat, greg kembali mendorongku ke kasur. Dia menindihku dan mencengkeram leherku
“Tenang Grace, kau akan baik-baik saja jika kau tenang”
“Kumohon lepaskan aku Greg” Aku menjerit seraya Ia menaikan gaunku
Greg melepas dasinya dan memasukannya kemulutku, aku berteriak teriak semakin kencang. Greg semakin menekanku aku berontak dan dia membenturkan kepalanya ke kepalaku dengan kencang. Greg mimisan namun itu tak menghentikannya, aku pening, kepalaku berputar, air mataku mengalir deras. Setelah Greg selesai, ia melepasku. Aku berlari keluar, aku mencari Gab namun tak menemukannya, aku tidak peduli lagi, aku berlari kerumah. Aku merasa sendiri dan menyedihkan. Harusnya sejak awal kutolak, aku menangis semakin kencang sampai rumah. Aku berlari kekamarku, aku merasa hancur sekali, aku mengutuki diriku. Aku meremas-remas tanganku hingga aku tenang. Aku pun berbaring, menunggu Gab pulang. Sampai jam 12 satu malam dia belum muncul juga. Telepon berdering dibawah, dengan malas aku kebawah, mengangkatnya.
“Hallo?”
“Grace, ini Gab. Kau sudah pulang ya? Kurasa malam ini aku bermalam dirumah Edna. Besok pagi aku akan ambil barang-barangku. Selamat malam Grace!”, Gab menutup teleponnya.
Aku merasa murka sekali, sehingga aku sangat ingin mencincangnya. Aku marah sekali, aku menjerit, aku berlari ke kamar mandi dan mengambil gunting, aku menyayat nyayat pergelangan tanganku. Aku merasa hancur sekali, Gab pun tidak  merasa perduli denganku. Aku bersumpah aku akan membalas semua ini.
Setelah tenang aku membasuh darah-darah di tanganku, aku mencuci muka, dan pergi ke kamar orang tuaku. Tidak ada siapa-siapa, Ibu belum pulang sejak hari itu dan kurasa ayahpun pergi. Entah kemana. Aku mencari cari sesuatu di lemari mereka. Ah, aku menemukannya. Kusimpan hati-hati didalam bajuku. Lalu aku bergegas ke kamar tidurku. Aku lelah dan butuh tidur.
Aku dibangunkan oleh suara bel rumah yang menyebalkan, dengan malas aku turun dan membuka pintu. Itu adalah Gab. Wajahnya berseri sekali.
“Hai Grace! Apakah tidurmu nyenyak?”
“Ya. Nyenyak sekali”
“Baguslah. Hey apakah kau punya makanan? Aku lapar”
“Ada sereal di dapur. Mari kita sarapan. Kau siapkan serealnya. Aku ganti baju dulu” Aku berjalan ke kamarku, menganti baju dengan sweater gombrong., mengikat rambutku. Lalu aku melongok ke kamar Charlie. Tak seorang pun disana. Berarti hanya aku dan Gab. Aku pun menghampirinya di dapur. Dia sudah menyiapakan sereal, dan jus jeruk. Ia bercerita bagaimana malamnya berlangsung sangat indah, bahwa ia berhasil mendapat ciuman Danny, dan ia berPajamas party bersama Patricia, Molly dan yang lainnya. Aku menahan sakit hatiku,sampai tanganku gemetaran. Lalu dia meminta maaf, dan berharap aku ada disana juga. Aku ingin sekali menampar Gab, tapi kutahan dengan sekuat tenaga.
“Biar aku yang mencuci mangkuknya Grace, sebagai permintaan maafku”
“Ah ya, silahkan Gab” Kataku datar
Gab, mencuci mangkuk. Aku mengambil pisau dapur diatas kulkas, dan dengan sekejap mata aku menusuk betisnya. Gab menjerit kesakitan
“Apa yang kau lakukan Grace?!”
Aku mencabut pisau itu dari betisnya dan menusuk pahanya, Gab menjerit lagi. Aku mengambil syal dan menutup mulutnya dan mengikatnya dengan kencang. Lalu kuseret Gab ke basement. Aku berlari ke kamar dan mengambil laptopku. Aku mainkan Karlmayer, lalu aku menghampiri Gab, mengelus rambutnya, kuseka air matanya, lalu aku membisikan di telinganya
“Semua akan baik-baik saja jika kau tenang Gabriella”
Aku mencabut pisau di pahanya dengan perlahan,takut menyakitinya. Aku mendudukan Gab di kursi, setelah kucabut ku iris pergelangan tanganku, kubiarkan darah mengalir diwajahnya
“Kau teman baikku Gab, Kita teman baik bukan?”
Gab mengangguk
“Lalu mengapa kau sering meninggalkanku? Mengapa kau sering mencampakanku! Mengapa kau memanfaatkanku Gab! Aku tulus berteman denganmu! Tapi apa yang kau beri sebagai balasannya! Kau hanya menggunakanku untuk keuntunganmu!”
“A…aku tid.. ahk berk maksud” Tubuh Gab bergetar, ketakutan dan kesakitan
Aku menamparnya “Aku tidak menyuruhmu bicara Gab! Aku hanya ingin kau mendengarkan aku sekali saja!”
Gab mengangguk cepat, berharap hanya ini yang akan kulakukan tapi ia sepertinya salah.
“Apakah kau tahu? Apa yang temanmu Edna lakukan terhadapku semalam? Dia… sial!..” Aku tak mampu menahan air mataku
“Dia mengenalkan aku dengan Greg, tapi oh sayang sekali. Ku kira nasibku akan sepertimu, dengan Danny. Tapi aku salah! Dia memperkosaku! Dan itu salah Edna! Salah Greg! Dan salah kau!”
Aku menusuk lengan kanannya “Itu untuk yang kau lakukan di sekolah!”
Aku menusuk bawah perutnya “Dan ini untuk semalam” Darah Gab muncrat di wajah dan bajuku. Ia belum mati. Tidak. Tidak secepat itu.
Lalu aku meraih pistol dari dalam bajuku, aku menendang kursi sehingga Gab jatuh tersungkur, aku membalikan tubuhnya sehingga ia terlentang. Nafasnya memburu, ia ketakutan, ia menjerit, memohon-mohon.
Aku mengambil pisau
“G” Aku menusuk bahu kanannya
“A” aku menusuk bahu kirinya
“B” Aku menusuk lengan kanannya
“R” aku menusuk lengan kirinya
“I” Aku menusuk dada kanannya
“E” Aku menusuk dada kirinya
“L” aku menusuk perutnya
“L”Aku menusuk perutnya lagi
“A” aku menusuk jantungnya
“Gabriella!!!!” Aku menarik pelatuk, dan peluru mendarat tepat dikepala Gab
Gab menggelepar-gelepar sebelum akhirnya diam…
Aku tertawa lega, beban dihatiku hilang separuhnya kurasa. Aku belum pernah merasa selega ini.
Lalu aku menembak kepalaku sendiri.
Aku menulis Sebuah tulisan ditembok, sebelum menarik pelatuk ke kepalaku sendiri.
I love you mom,dad,Charlie. I love our family. But I wish you were there when I needed you. I hope you feel regret when you found my dead body J Love, Grace.

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -