Popular Post

Popular Posts

Jumat, 18 Maret 2016

#WayToDie: Gitar Kesayangan Adi
“Adi, main yuk.” Ujar Tono, ia meneriaki Adi dari luar rumahnya. Hari itu cuaca sepertinya sangat cerah, cahaya matahari bersinar terang dan angin berembus pelan. membawa sebuah kesegaran yang membuat siapapun ingin keluar rumah untuk bermain, tapi hari itu sepertinya bukan hari yang ingin dilewati dengan bermain bagi Adi. Tono yang mengajaknya bermain, ia tolak mentah-mentah. Akhirnya Tono pergi meninggalkan rumah Adi dengan wajah yang murung, ia menunduk saat berjalan dan menendang batu-batu kecil yang ia temui di atas tanah. Beberapa hari yang lalu ayah Adi baru saja membelikannya sebuah gitar, alat musik yang sangat ia inginkan. Ketertarikannya kepada alat musik petik ini sangat besar, ia sudah senang memainkan gitar semenjak kecil dan mulai belajar saat umurnya menginjak tujuh tahun. Semakin ia beranjak besar, ia semakin tertarik. Hingga saat ulang tahunnya yang ke sebelas ia meminta hadiah sebuah gitar akustik kepada ayahnya, walaupun awalnya ayahnya menolak. Tapi setelah ia merayu ayahnya, akhirnya ayahnya pun membelikan sebuah gitar akustik. Ia sangat senang, dan semenjak itu ia terus berlatih unutk memainkan gitar di kamarnya. Ia jadi jarang keluar kamarnya, ketika teman-temannya mengajaknya bermain. Ia menolaknya, ia ingin segera pulang dan kembali belajar bermain gitar. Beberapa lagu kesayangannya dapat ia mainkan dengan baik, tidak sia-sia usahanya selama ini pikirnya.
Hingga pada suatu hari, ia tidak menemukan gitarnya saat ia pulang sekolah. Ia kalut, dan panik. Ia segera turun dari lantai dua untuk menanyakan kepada ibunya kemana gitarnya pergi. “gitar kamu tadi di bawa sama Rudi sebentar, sedikit lagi juga pulang.” Ujar ibunya yang tengah memasak. Adi kesal, lagi-lagi kakak laki-lakinya membawa gitar kesayangannya. Seharian itu Adi gelisah, ia menyuruh ibunya menelpon kakaknya untuk segera pulang agar ia dapat memainkan kembali gitarnya. Namun pukul tujuh malam kakaknya baru pulang, tanpa basa basi lagi. Adi langsung mengambil gitarnya, dan masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk di atas kasur dan mulai memetik gitarnya, ia memainkan lagu yang sedang ia pelajari beberapa hari ini. namun ternyata ada yang salah dengan suara gitarnya, ketika ia memainkan kunci-kunci yang ia pelajari. Bunyi yang dihasilkan sama sekali berbeda, ia mencoba mengulangnya beberapa kali tapi hasilnya tetap sama. Adi dongkol, pasti kakaknya melakukan sesuatu pada gitar kesayangannya. Ia mencoba memetik satu persatu senar gitarnya, ternyata bunyinya berbeda. Gitarnya fals. Mendapati kenyataan itu Adi semakin kesal, ia memang tahu bahwa senar gitarnya fals. Tapi ia belum bisa menyetemnya sendiri, kemampuannya mengukur nada belum baik. Tapi karena ia sudah tidak sabar ingin memainkan gitar itu lagi, ia pun mencoba menyetem gitar itu sendiri dengan kemampuan yang ia punya.
Ia mulai memetik senar yang berada di posisi paling atas, senar enam. Beberapa kali ia memetiknya dan mendengarkan suaranya perlahan-lahan, lalu ia memutar tuas senar yang berada di ujung leher gitarnya. Ia memutarnya ke atas dan kebawah sampai ia menemukan nada yang pas, dan ternyata berhasil. Adi semakin bersemangat, ia pun berpindah ke senar lima. Ia menyesuaikan nada senar enam dan lima, dan setelah beberapa menit memutar tuas. Ia berhasil, senyum Adi semakin sumringah. Ia kembali mencobanya ke senar selanjutnya dan berhasil. tapi ketika ia sampai di senar tiga, ia menemukan kesulitan. Nada yang ia putar tidak juga sesuai dengan senar empat di gitarnya, tidak mau menyerah, ia pun terus memutar tuas gitarnya hingga ke nada tinggi. Ternyata masih tidak sesuai, aneh sekali pikirnya. Mungkin tuasnya rusak, pikir Adi. Ia kemudian mengangkat badan gitarnya dan mengintip lubang kecil di tuas gitar dari deretan senar, ia ingin melihat apakah bekerja dengan baik atau rusak. Sementara matanya mengintip, tangannya memutar tuas gitar untuk mencari nada yang pas, tapi belum berhasil juga. Hingga ia pun kesal, ia memutar tuas itu terus menerus hingga ke nada tinggi karena nada yang diinginkan tidak juga ia temukan.
Tuas yang ia putar semakin terasa berat, tapi ia terus saja memutarnya hingga nada yang dihasilkan terlalu tinggi tanpa ia sadari. Ketika tuas gitarnya hendak sampai di posisi nada tertiggi, tiba-tiba Adi mendengar suara gemeretuk dari tuas gitarnya. Matanya yang masih mengintip tuas gitar langsung menyadari apa yang terjadi, senar yang ia putar putus seketika. senar itu terputus di bagian tengah, hingga bagian yang putus terpental ke arah yang berbeda. Sayangnya salah satu senar yang putus terlempar ke arah mata Adi, seketika ujung senar yang terputus itu menancap ke bola mata Adi yang tengah mengintip. Ujung senar itu sangat tajam, setajam mata kail. Senar itu menancap cukup dalam ke bola mata Adi, kelopak matanya secara refleks tertutup. Namun terlambat, senar itu sudah menancap kuat di bola matanya. Adi tersentak, ia merasakan rasa perih yang teramat sangat di bola matanya, ia beranjak dan menggeliat tanpa kendali. Membuat senar yang masih menancap di bola matanya terangkat, senar itu masih mengikat pada gitarnya. Darah mulai mengalir dari balik kelopak mata Adi yang tertutup, darah itu semakin lama semakin deras mengalir. Pelan-pelan darah menuruni senar gitar yang menancap di bola matanya hingga menetes di gitarnya yang terangkat-angkat. Kapala Adi terasa sangat sakit akibar nyeri di bola matanya, senar yang mengait di bola matanya menggesek-gesek saraf-saraf matanya dan menghasilkan rasa perih yang berubah seperti rasa terbakar. Tubuh Adi gemetaran, dan keringat mengucur deras. Jantungnya juga berdetak cepat. Ia memegangi senar itu, dan berusaha melepaskannya. Tapi ternyata tidak semudah yang ia kira, gitar yang menggelayut karena senar itu menancap dimatanya membuat bola matanya bergerak maju dan merobek saraf-saraf retinanya. Adi bergerak tanpa kendali, tubuhnya terhuyung ke belakang. Ke arah jendela yang terbuka dan ia tidak menyadari itu. Adi tersandung oleh bola basket yang tergeletak di lantai kamarnya, ia tersentak ke belakang dan terlempar dari jendela yang terbuka. gitarnya bergerak mengikutinya karena senar yang masih mengikat mereka berdua. tapi saat tubuh Adi melayang dari jendela, gitarnya tersangkut di kaki meja belajarnya. Senar itu pun menarik bola mata Adi seketika itu hingga terlepas dari kelopaknya, darah membuncah ke udara. Tubuh Adi melayang kebawah, dan menghantam pagar besi berujung lancip sepeti mata belati. Tubuh Adi menancap di atas pagar yang berujung lancip seperti sederetan pisau belati, dua mata pagar menembus punggungnya. Satu di bagian tengah, dan yang lain di sisi punggungnya. Darah mengalir merayapi pagar itu pelan-pelan, dan saat itu juga Adi tidak lagi bergerak. Luka akibat tancapan pagar itu semakin lama mengeluarkan darah yang berwarna merah pekat, dan menetes-netes ke tanah. Tubuh Adi tersangkut di atas pagar rumahnya, di atas tubuh Adi bola matanya masih menggantung di senar yang mengaitnya. Darah dari bola matanya menetes-netes ke wajah Adi yang terlentang, dan menghadap ke bawah. Bola mata itu sempat beberapa kali bergerak, memutar ke kanan dan kiri. Hingga akhirnya tidak bergerak sama sekali.

- Copyright © Welcome To Blog Dendy002 - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger -